Buku yang sangat terkenal di kalangan investor ini menyimpan segudang pembelajaran mendaging yang sayang untuk dilewatkan. Meski pertama dirilis pada tahun 1997, buku Rich Dad Poor Dad masih menjadi rekomendasi sejumlah orang. Memang, apa yang terkandung di dalamnya?
Mengapa buku ini sangat tenar? Dalam buku ini dibahas melalui sudut pandang Rich Dad dan Poor Dad kepada anak-anak mereka. Jika masih ragu untuk membelinya, ada baiknya menyimak artikel berikut, khususnya buat yang tidak mau tertinggal literasi finansial!
Daftar Isi
Review Rich Dad Poor Dad
Pandangan umum tentang uang menjadi sesuatu yang dipertanyakan dalam buku ini, seperti bekerja keras untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Dijamin, setelah membaca buku ini, pandangan mengenai uang dan cara mendapatkannya menjadi lebih luas. Inilah poin-poin penting di dalamnya:
1. Ketahui Kapan Mau Financial Freedom
Jika ditanya, siapa saja pasti mau mendapatkan kebebasan finansial secepat mungkin. Namun, untuk mencapai merdeka finansial tentu tidak semudah yang dibayangkan.
Perlu memiliki tanggung jawab, komitmen dan kebijaksanaan dalam diri untuk mengelola sumber daya yang akan mengantarkan ke kemerdekaan finansial.
Sumber daya yang dimaksud pun bukan melulu soal uang, bisa juga ilmu berharga yang membantu mengajarkan tentang investasi, pengelolaan uang, dan berbagai soft skill atau hard skill.
Dengan merasa siap atas sumber daya yang dimiliki, ini dapat mendorong diri agar lebih fokus dalam mencapai financial freedom.
2. Investasikan Uang Dingin
Ada pepatah yang menyebutkan bahwa menabung pangkal kaya. Tak heran kalau masih ada beberapa orang yang memilih menumpuk uang mereka di tabungan konvensional. Menurut isi buku Rich Dad Poor Dad, apabila memiliki uang dingin, lebih baik investasikan uang tersebut.
Uang dingin berarti uang yang tidak terpakai sampai pada waktu tertentu. Membiarkannya di dalam tabungan akan membuatnya rentan menjadi imbas inflasi. Sang penulis buku, menyatakan agar uang dingin tersebut diinvestasikan ke instrumen yang akan mengalami pertambahan nilai.
Misalnya, saham, obligasi, pasar uang, reksa dana, dan lain sebagainya. Setiap instrumen mempunyai tingkat risiko yang berbeda. Jika belum terlalu mengerti seluk beluk investasi, sebaiknya pilih reksa dana pasar uang, karena risikonya lebih kecil dibandingkan saham.
3. Peka Terhadap Peluang di Sekitar
Rich Dad Poor Dad berisi juga tentang poin ini, yaitu peka terhadap peluang. Kegagalan ada sesuatu yang ditakutkan banyak orang, akan tetapi, buku ini mengatakan agar pembaca berani mengambil risiko dan bijak dalam menyikapi kegagalan.
Bagi pecundang, kegagalan merupakan suatu kekalahan. Sebaliknya, kegagalan justru menginspirasi pemenang. Kegagalan dapat menjadi guru terbaik, mengajari seseorang bagaimana cara bangkit dari keterpurukan.
Lama kelamaan, seseorang akan terbiasa, bahkan mahir, sehingga tak takut lagi mengambil risiko. Dalam buku ini, penulis menyebutkan pengalamannya di mana ia membeli rumah dengan harga rumah, lalu menjualnya dengan harga tinggi pada beberapa bulan berikutnya.
Hal ini memungkinkan baginya berkat kepekaannya terhadap peluang, atau pada saat itu ia melihat adanya krisis ekonomi.
4. Mengambil Pelajaran dari Setiap Kejadian
Tak luput dari Rich Dad Poor Dad, buku ini juga mengajarkan agar mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Apabila gaji saat ini kurang memenuhi kebutuhan bertahan hidup, atau bahkan belum memiliki pekerjaan, cobalah lihat dari sisi lain yang lebih positif.
Percayalah, semua yang terjadi itu pasti ada pembelajarannya. Bisa jadi hidup sedang mengajarkan sesuatu yang dibutuhkan diri di masa mendatang.
Dengan melihat segala kejadian dari sisi positif, pastinya diri semakin kaya dengan pengalaman hidup. Ini dapat mendorong diri agar terus bergerak maju, cepat atau lambat.
5. Memiliki Sumber Pendapatan dari Usaha Sampingan
Di luar sana, masih ada orang yang rela meninggalkan pekerjaan utama ketika mulai merintis bisnis. Alasannya, agar lebih fokus dalam mengatur bisnis. Setiap orang tentu punya alasan masing-masing mengapa mereka memilih keluar dari pekerjaannya.
Namun, tidak ada yang tahu apakah bisnis tersebut akan berhasil atau tidak. Supaya memastikan pendapatan terus mengalir, sebaiknya mulai merintis usaha sampingan saat memiliki pemasukan utama.
Sekiranya bisnis gagal, masih ada pemasukan yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sembari itu, cari cara lain untuk menemukan sumber pendapatan sampingan lainnya.
Subscribe Sekarang
Dapatkan beragam artikel tutorial, insight, tips menarik seputar bisnis dan investasi langsung melalui email Anda. Subscribe sekarang dan raih kesuksesan bersama kami!
6. Menghindari Pandangan Seperti Rat Race
Pernah dengar istilah ini sebelumnya? Istilah ini seharusnya bukan sesuatu yang asing lagi, karena sering disebutkan, khususnya untuk merujuk pada gambaran pekerja yang sudah membanting tulang mati-matian, namun hasilnya tidak memuaskan.
Pekerja merasa lelah, tetapi keinginannya belum tercapai. Bagaimana seseorang tahu bisa terjebak dalam rat race ini? Terkadang, seseorang tidak sadar bahwa dirinya dalam berada jebakan tersebut.
Rich Dad Poor Dad mengajurkan untuk melakukan analisis cashflow. Perhatikan ke mana saja uang pergi, apakah menuju liabilitas atau aset? Jika tidak mau terjebak dalam rat race, sebaiknya uang diarahkan ke aset, seperti usaha, properti, saham, dan lain-lain untuk menambah pendapatan.
7. Mulai Pelajari Hal-hal tentang Pemasaran
Pembahasan ini dimulai ketika Robert ditanya oleh seorang penulis profesional, di mana ia ditanya bagaimana bisa menjual buku ini selaris sekarang? Dengan santainya, Robert menjawab dengan menyarankan agar penulis tersebut mulai mempelajari tentang pemasaran.
Bagi sang penanya, jawaban itu justru membuatnya tersinggung. Menurutnya, pemasaran terkesan tidak intelektual dan ia merasa tidak ada manfaatnya mempelajari hal tersebut.
Padahal, kenyataannya sebagus apa pun isi suatu buku, seberapa cantik sampul buku atau seberapa murah suatu buku, penjualan tetap akan sulit terjadi jika tidak ada teknik-teknik pemasaran. Melalui pemasaran, orang-orang jadi sadar dan tertarik untuk membeli buku.
Pahitnya lagi, tidak ada label “best-writing author” pada buku populer, yang sering ditemukan justru “best-selling author”.
8. Belajar Mengatasi Masalah
Salah satu masalah yang masih dihadapi sejumlah orang adalah ketakutan akan kehilangan uang. Membayangkannya saja bisa bikin hati terasa sesak dan pikiran tak keruan.
Di sisi lain, membayangkan memiliki uang banyak dan kemampuan untuk membeli setiap barang yang disentuh pastinya bikin hati kembali gembira. Lalu, bagaimana cara mengalahkan masalah ketakutan tersebut?
Masalah ini dibahas dalam Rich Dad Poor Dad. Rasa takut berlebih akan menghambat segala impian yang dimiliki. Karena ketakutan membuat siapa saja tidak berani mengambil langkah besar. Karena itu, coba identifikasi masalah yang sedang dihadapi dan belajar cara mengatasinya dengan langkah-langkah efektif serta efisien.
9. Biarkan Uang Bekerja
Pandangan kuno menyatakan agar setiap orang bekerja untuk uang agar impiannya tercapai. Bagi Poor Dad, anaknya harus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya dan meraih nilai bagus supaya mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar.
Pemikiran Rich Dad tidak demikian, ia justru mengajarkan anaknya untuk tetap memperoleh pelajaran sebanyak-banyaknya agar bisa mendirikan usaha yang sukses dengan karyawan yang sama-sama cerdas.
Pada kasus Rich Dad, uang yang bekerja untuk anaknya berkat usaha yang dirintisnya. Sebaliknya, anak Poor Dad justru harus bekerja sekuat tenaga agar mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Karena bagaimanapun juga, ia masih bergantung pada perusahaan yang merekrutnya.
Memang buku Rich Dad Poor Dad bukan panduan yang berisikan langkah-langkah bernomor tentang pengelolaan uang. Namun, membaca buku ini dapat membuka wawasan literasi finansial dan investasi. Jika tertarik belajar investasi dan properti pemula gratis, tak lupa sambangi juga pipohargiyanto.com.