Membangun Passive Income Dari Nol, Mulai Dari Mana?

Untuk teman-teman yang baru pertama kali berkunjung di webiste saya, perkenalkan, saya PIPO Hargiyanto. Saya seorang investor properti. Properti-properti yang saya sukai adalah properti yang menghasilkan passive income.  Pada artikel ini saya akan sharing tentang apa yang akan saya lakukan bila seandainya saya harus memulai membangun passive income dari nol lagi. Bagaimana cara saya membangun aset hingga ratusan milyar dan mempunyai passive income milyaran rupiah per bulan. Artikel ini saya tulis supaya bisa menjadi gambaran bagi teman-teman untuk membangun passive income. Atau bagi teman-teman yang sudah punya passive income, supaya bisa memperbanyak aset yang telah dimiliki dan segera mencapai financial freedom. 

Passive income adalah income yang kita dapat tanpa harus bekerja. Misalnya kita menyewakan rumah atau ruko, kita mendapat income tanpa kita perlu bekerja. Nah, itulah yang disebut dengan properti passive income, yang menghasilkan income tanpa kita harus bekerja. Contoh lain, ada hotel/kos yang dikelola operator. Ada pula instrumen investasi properti favorit saya, yaitu minimarket waralaba. Saat ini minimarket waralaba saya tersebar di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi yang menghasilkan passive income ratusan juta rupiah per bulan. 

Hari ini, saya sudah memiliki 29 minimarket dan propertinya yang tersebar di Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jogja, Jawa Timur, dan Sulawesi. Serta 3 hotel ultra-budget dan beberapa ruko sewa di Tangerang dan Serang. Passive income yang dihasilkan oleh properti-properti tersebut lebih dari cukup untuk saya. 

Saya berencana pensiun tahun 2025 saat anak-anak sudah kuliah dan SMA. Saya berencana untuk jalan-jalan keliling dunia dengan Istri saya. Toh passive income sudah lebih dari cukup, saya bisa mengurangi fokus di pekerjaan, perbanyak jalan-jalan, dan menikmati waktu berharga dengan orang-orang yang saya cintai. 

Kalau teman-teman sudah mempunyai passive income yang lebih dari cukup atau yang biasa disebut financial freedom. Yaitu Ketika passive income atau income yang didapat tanpa bekerja lebih besar dari kebutuhan kita. Kalau sudah seperti ini, teman-teman ingin melakukan apa? Tulis di kolom komentar ya, saya bantu Amin-kan semoga segera tercapai. 

Pertanyaannya, jika saya harus memulai membangun passive income semuanya dari nol lagi hari ini, apa yang akan saya lakukan? 

1. Belajar tentang keuangan sejak dini, kalau bisa sejak SMA atau maksimal kuliah. 

Saya harus segera belajar keuangan, bagaimana cara menghitung income suatu properti. Cara menghitung angsuran bank. Cara pakai excel dengan formula-formula financialnya dan cara mengajukan kredit ke bank. Saya termasuk beruntung, punya hobi baca buku sejak kecil. Saya suka membaca buku tentang kepribadian, keuangan, dan bisnis sejak kuliah. Buku-buku favorit saya adalah “Rich Dad Poor Dad”, “Cashflow Quadrant” dari Robert Kiyosaki dan “Richest Man from Babylon” dari George Samuel Clason.  Buku “Rich Dad Poor Dad” lah yang menginspirasi saya untuk bisa menciptakan passive income dari properti. Beserta cara membiayai properti-properti tersebut juga dijelaskan di buku itu.

Kalau mau punya passive income dari properti, maka cari properti yang income-nya lebih besar dari angsuran, biarkan sampai lunas.

Setelah lunas maka passive incomenya menjadi milik kita. Di buku RDPD juga dicontohkan, beli rumah sewa yang incomenya lebih besar dari angsuran.

Baca Juga  Belajar Keuangan Dari Dunia Ember

Dari buku “Cashflow Quadrant” saya terinspirasi bahwa orang harus berpindah kuadran dari sisi kiri, E dan S (Employee dan Self Employed) ke B dan I (Business Owner & Investor). Tadinya saya fikir ketika saya pindah kuadran dari E ke S, dari karyawan jadi pengusaha, saya sudah mencapai finish.  Ternyata tidak, E dan S itu sisi kiri semua, sama-sama orang yang menukar waktu hidup-nya dengan uang. E dan S kan sama, intinya bekerja untuk dapat uang. Bedanya, E bekerja untuk orang lain dan mendapat uang dari waktu kerja-nya. Sementara S, sama juga, kerja baru dapat uang, bedanya hanya bekerja untuk diri sendiri. Contohnya kita buka toko,  harus dijaga sendiri. Buka bisnis, kita yang menjalankan semua peran dan kalau tutup, tokonya gak bisa menghasilkan income. Itu semua sisi kiri. Kita harus berpindah ke B dan I, kalau punya bisnis, pastikan bisnis bisa ditinggal dan income jalan terus. Dan Investor, kita berinvestasi, tanpa bekerja kita akan tetap mendapat income. Gampangnya gini aja. Kalau E dan I jelas bedanya, yang susah dibedain kan S dan B. cara membedakannya gampang, kalau ditinggal 1 tahun tanpa kita hadir, bisakah income-nya tetap jalan terus? Kalau bisa, berarti masuk B. Kalau tidak bisa ditinggal 1 tahun, harus ditungguin terus, ya masuk S. Bekerja untuk diri sendiri.

Baca Juga  Airy Tutup, Apa yang Harus Dilakukan?

 Oiya, Saya baru belajar tentang keuangan secara serius itu saat kerja di perusahaan keuangan ketika saya umur 23 tahun dan baru belajar tentang KPR 11 tahun setelah saya bekerja, yaitu di umur 34 tahun. Waktu lulus kuliah, saya masuk kerja di perusahaan kredit, padahal saya lulusan teknik sipil, saat itu saya baru belajar cara baca laporan keuangan, laba rugi, cara menghitung angsuran, konsep TVM (Time Value Money), apa itu present value, future value, dan saya belajar bahwa uang itu nilai-nya beda setiap waktu. Contohnya, 5 ribu pada jaman saya kuliah dengan 5 ribu saat ini dan 5 ribu di 20 tahun lagi, nilainya beda. Kalau jaman saya kuliah, dengan uang 5 ribu bisa dapat nasi + ayam + es jeruk untuk 2 orang. Uang 5 ribu jaman sekarang hanya untuk membayar uang parkir. Uang  5 ribu pada  20 tahun mendatang mungkin hanya untuk “pak ogah” yang bantu kita belok di persimpangan. Konsep-konsep seperti ini yang saya pelajari pada saat saya mulai bekerja setelah lulus kuliah.

2. Saya akan segera mencari properti-properti yang bisa menghasilkan passive income

Jika saya masih sekolah, saya bisa memakai uang atau nama orang tua saya. Toh aset orang tua nantinya juga akan diwariskan ke saya. Tinggal bikin hibah saat orang tua masih ada. Kalau saya susah cukup umur untuk mengajukan KPR, ya saya akan mulai cari passive income property secepatnya. Saya tidak mau terbuai dengan kenyamanan dari gaji. Dulu, saya baru mulai cari properti seperti ini, 8 tahun setelah saya  bekerja atau di umur 31 tahun.  

Ketika itu, saya baca buku passive income tahun 2001, baru mulai cari properti passive income tahun 2005, sudah sempat dapat properti di Karawaci. Lalu berhenti 3 tahun untuk belajar cara mencari DP. tahun 2008 baru beli properti pertama. 

Kalau sekarang mulai lagi, saya maunya langsung ke tahun 2008, beli properti pertama yang incomenya lebih besar dari angsuran dan akan saya kejar untuk beli properti terus. Di tahun 2013 saya juga sempat berhenti beli properti karena merasa terlalu cepat. Jadi waktu itu, tahun 2008 saya beli 1 properti, 2010 beli 1, 2011 beli 2 properti, dan tahun 2012 beli 4 properti. Nah pada tahun 2013 saya hanya beli 1 properti Karena merasa terlalu cepat, saya khawatir yang saya lakukan saat itu salah.

Baca Juga  Income Atau Aset, Pilih Mana?

Di tahun 2014, saya  juga cuma beli 1 properti. Baru di tahun 2015 saya mulai ngebut lagi. Kalau sekarang disuruh ngulang lagi, saya tidak akan nge-rem beli properti, gas terus. Supaya sampai finish lebih cepat. Dan kalau mengulang lagi, saya tidak mau investasi dengan kos-kosan, maunya langsung indomaret dan hotel ultra budget. Jadi langsung ke tahun 2010. Sehingga saya bisa mencapai kondisi seperti saat ini, memiliki passive income ratusan juta/bulan dengan 29 minimarket, 3 hotel ultra budget, yang saya beli dengan modal nol, harusnya bisa selesai dalam waktu 8 tahun. Kalau mau lebih nekat lagi, bisa dengan waktu 5 tahun. Tapi normalnya 8 tahun. 

3. Saya akan rajin ikut seminar-seminar.

Saya akan ikut seminar apapun, yang gratis maupun yang bayar. Terutama seminar tentang properti, passive income, dan keuangan. Karena saya belajar banyak tentang properti, properti yang menghasilkan KOMODO, belajar tentang kredit bank, tentang pendanaan dari seminar-seminar yang saya ikuti dari 2008 – 2011. Jika dihitung-hitung, saya sudah menghabiskan lebih dari 100 juta untuk ikut seminar. Apakah saya menyesal? 

Tidak, saya malah bersyukur karena dengan saya menghabiskan 100 juta dalam 3 tahun tersebut, saya bisa menghasilkan passive income bulanan yang jauh lebih besar dari 100 juta. Jadi kalau ditanya ke saya, investasi apa yang return-nya paling baik? Yang menghasilkan keuntungan terbaik? Menurut saya bukan saham, bukan emas, bukan properti, bukan bisnis.

Investasi dengan return terbaik adalah belajar, karena dengan belajar hal baru, keterampilan baru, ilmu baru, keuntungan yang kita dapat bukan hanya puluhan persen per tahun ataupun ratusan persen pertahun, tapi bisa ribuan persen, bahkan jutaan persen per tahun. 

4. Apakah perlu jadi pengusaha? Atau sebaiknya tetap jadi karyawan?

Kalau pandangan saya di tahun 2002, pengusaha lebih kaya dari karyawan, dan pendapat saya itu salah. Saya sudah mengalaminya. 

BACA JUGA Dasar-dasar Investasi

 

Oke teman-teman, itulah yang akan saya lakukan kalau saya mulai membangun passive income dari nol lagi, intinya: 

  1. Banyak belajar keuangan.
  2. Rajin cari properti.
  3. Rajin ikut seminar.
  4. Pengusaha atau karyawan no problem yang penting investor.

 

Salam passive income property,

 

PIPO Hargiyanto

 

 

 

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Newsletter Form

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: