Mau Keluar Dari Zona Nyaman? Pasang Singa Di Belakang Anda

Bagaimana caranya agar kita bisa terus bergerak maju meninggalkan zona nyaman?

Suatu hari, ada sekelompok orang diminta untuk berlari dari Senayan ke Depok. Saat awal start, semua peserta bersemangat dan berlari dengan kecepatan yang baik. Sampai 5 km kemudian, semua merasa capai dan mulai berjalan kaki, bukan berlari lagi. Pemimpin kelompok memberi semangat dan berhasil, kelompok tersebut mulai berlari lagi. Tidak lama setelah berlari, peserta mulai merasa lelah lagi, dan mulai berjalan kaki lagi, bukan berlari. Pemimpin kelompok marah, ia memarahi peserta yang berjalan kaki, dengan terpaksa semua peserta kembali berlari, sambil mengerutu. 

Sampai di Ragunan, semua peserta berhenti dan duduk. Mereka MERASA benar-benar kelelahan. Walaupun pemimpin memberi semangat, tidak ada yang mau melanjutkan berlari. Ketika pemimpin memarahipun, semua tetap duduk. Semua orang beralasan mereka benar-benar capai dan tidak mungkin berlari lagi. Mereka bilang, mereka SUDAH MAKSIMAL. 

Apakah mereka benar-benar tidak bisa berlari lagi? Apakah mereka benar-benar tidak sanggup lagi untuk berlari? Apakah mereka sudah berusaha maksimal? Bagaimana bila tiba-tiba ada singa dari Kebun Binatang Ragunan yang lepas dan mengejar mereka. Apakah mereka tetap benar-benar capai dan tidak sanggup berlari lagi? 

 

TIDAK…. MEREKA PASTI SANGGUP BERLARI LAGI…. 

Saya sangat menyukai cerita di atas. Dan memang itu benar – benar terjadi dalam hidup saya. Ketika kita terpaksa, kepepet, dan HARUS, maka kita akan bergerak. Saya sering memasang singa di belakang saya, supaya saya bergerak terus meninggalkan zona nyaman. 

Kita butuh alasan yang kuat untuk keluar dari zona nyaman, untuk bisa terus maju. Berapa banyak dari kita yang bikin PR saat besok dikumpul, bukan saat PR baru diberikan. Berapa banyak dari kita, yang kalau ujian memakai sistem SKS (sistem kebut semalam). Berapa banyak dari kita yang mengejar target perusahaan di detik – detik terakhir tutup tahun. 

Baca Juga  Membangun Passive Income Dari Nol, Mulai Dari Mana?

Pernah saya menginterview pelamar kerja, dia dengan yakinnya bilang ke saya, “Pak, saya ini S1, masak harus jadi sales”. 

Saya tanya, apakah sudah berkeluarga? Sudah, dan mempunyai 2 anak.

Apakah Istri bekerja? Tidak… 

Sudah berapa lama nganggur? 4 tahun…. 

Saya tanya kok bisa hidup? Tinggal di rumah ortu dan masih diberi uang bulanan oleh ortu. Karena kasihan, akhirnya orang ini saya rekrut sebagai messenger (2003). 

Saya masih ingat pada tahun 2008, saya berjanji tidak akan makan daging/makanan yang enak sebelum aset saya mencapai 1 juta USD. Perjalanan menuju 1 juta USD memang tidak mudah. Setelah saya berjanji pada diri saya sendiri, bisnis saya malah turun dan mencapai titik terendah karena satu – satunya klien bangkrut dan tidak membayar 3 bulan tagihan ke saya. Tapi saya terus berjalan dan memaksakan diri berkembang. Mencoba invest di Kos, invest di Minimarket franchise, mendirikan agent properti, menjadi trainer, dll. Saat saya menjadi vegetarian itu, paling menjengkelkan bila harus makan di jalan. Kebanyakan warung di pinggir jalan adalah ayam goreng dan pecel lele kan, masak saya harus makan nasi dan lalapan doang? Hehehe…. Akhirnya saya paling sering makan gado-gado. Belum lagi, bila harus makan di KFC, ya terpaksa makan kentang goreng saja. 

Singa yang berupa vege ini (padahal dari dulu, saya paling benci makan sayur), baru berhenti setelah 3 tahun. Sekitar 2011, saya bisa mencapai target yang saya canangkan. Kata-kata yang menguatkan saya waktu itu adalah

Sukses besar tercapai saat kita merasa sudah tidak mungkin lagi, tapi kita tetap jalan terus

Dari 2008, saya bangkrut. Tahun 2011, saya dengan terpaksa mencapai aset dengan nilai total 1 juta USD. (1 perusahaan, 1 kos, 7 minimarket franchise) 

Baca Juga  Perjalanan Menjadi Pengusaha

Tahun 2015, saya kembali mengetes kemampuan saya memaksakan diri untuk maju. Saya mencanangkan untuk meningkatkan omzet perusahaan 30% dibanding tahun sebelumnya, di bisnis saya dan membuka 10 toko minimarket baru di investasi saya. Beberapa orang bertanya,

“kenapa saya mencanangkan target itu?” 

“Angka dari mana?”

Saya biasa menjawab, bahwa itu dari langit. Saya suka mengumumkan target saya, bukan untuk sombong. Tapi lebih ke arah memaksakan diri untuk maju, keluar dari zona nyaman saya. Ketika kita sudah mengumumkan target kita ke orang, kita TERPAKSA mengerahkan seluruh kemampuan kita untuk mencapai target tersebut. Kita tidak mau malu dengan tidak mencapai target tersebut. Hanya ada 2 kata, sukses atau malu, karena tidak mau malu, maka saya harus sukses. 

Hambatan pasti banyak. Tapi selama kita fokus, all out, dan maju terus, solusi pasti bisa didapat dan tujuan bisa tercapai. Minimal tercapai hasil yang lebih baik, daripada kita santai-santai. 

3 bulan terakhir ini, saya harus sprint untuk mencapai finish. SINGA sudah semakin dekat. Saat tahun 20015 itu, omzet perusahaan sudah mencapai omzet tahun lalu, dan sudah 3 minimarket baru buka, 5 lokasi dalam pembangunan, 1 lokasi bermasalah dengan ijin, 1 lokasi lagi masih dicari. 

Apakah kita sudah memasang singa kita masing-masing? Atau kita masih duduk MERASA kelelahan? 

Ingat, berakit – rakit ke hulu, berenang – renang ke tepian…  

Baca Juga  Distribusi Kekayaan, yang Terjadi Bila Seluruh Kekayaan Dikumpulkan dan Dibagi

 

Sebagai penutup, saya teringat cerita atasan saya tahun 2000 – 2001. Ini adalah cerita yang beliau selalu ceritakan saat meeting. 

Suatu hari, ada peternak yang mengambil telur burung elang. Sampai di peternakan, dia menaruh telur itu di kandang ayam supaya dierami oleh ayam. Setelah menetas bersama telur-telur ayam, elang kecil tersebut hidup bersama anak-anak ayam. Dia belajar bagaimana memakan cacing, bagaimana bersembunyi di sayap induknya, bagaimana harus masuk kandang saat sore hari. Anak-anak ayam sering bercerita tentang mahluk perkasa di langit yang berbahaya. Bila mahluk perkasa itu datang, maka semua harus segera berlindung dan masuk ke kandang. Suatu hari, elang kecil sedang mencari cacing bersama anak-anak ayam lain. tiba-tiba induk ayam berteriak,

“anak-anak, semua masuk ke kandang. Di langit ada mahluk perkasa”

Lalu semua berlari ke kandang. Sambil berlari ke kandang, elang kecil penasaran, seperti apa sih mahluk perkasa itu. Saat melihat ke angkasa, elang kecil terkejut karena yang dia lihat, sama persis dengan dirinya. Mempunyai paruh yang kuat, mempunyai sayap yang lebar, mempunyai mata yang tajam, dan mempunyai cakar yang tajam. 

Kita seperti elang kecil tersebut, apakah kita berlatih dan hidup sebagai mahluk perkasa, seperti elang. Atau malah kita hidup penuh dengan alasan dan berakhir di meja restoran ayam goreng kalasan? Kalau nasibnya jelek, ya berakhir di warteg, kalau beruntung, ya… menjadi hidangan di meja makan resto berbintang, tapi tetap…. ayam goreng. 

BACA JUGA: Membangun Passive Income Dari Nol, Mulai Dari Mana?

 

Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.

 

Salam passive income,

 

PIPO Hargiyanto

 

 

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Newsletter Form

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: