Penanya: “Pak, saya ingin investasi, ingin punya passive income, tapi saya gak punya modal.”
Saya: “Hihihi…. SAMA. Itu omongan saya tahun 2005. Saya butuh 3 tahun untuk memahami bahwa modal itu nomor 2. Saya butuh 3 tahun hanya untuk memahami kalimat ‘kalau niat ada, modal bisa dicari’”. Jawabannya adalah, pinjam bank lah….
Penanya: “Apa bank mau kasih kredit ke saya?”
Saya: “Ya pelajari syaratnya dari bank. Ikuti. Namanya orang mau pinjamin duit, pasti punya syarat supaya memastikan uangnya kembali, wajar itu.”
Penanya: “Tapi kredit di bank kan bunganya besar Pak”
Saya: “Selama income properti tersebut lebih besar daripada bunga, ya sudah, bayar aja bunganya”
Penanya: “Terus kapan saya bisa menikmati hasilnya kalau harus bayar bunga terus?”
Saya: “Ya kalau sudah lunas lah. Itu kan duitnya bank, ya bayar bank dulu sampai lunas, setelah lunas kan 100% jadi milik kita income dan propertinya”.
Penanya: “Enak jadi bank ya pak”.
Saya: “Ya udah, sini kamu jadi bank. Pinjamin aku uang 10 Milyar. Nanti aku kasih bunga seperti bank”.
Penanya: “Kan saya ga punya modal pak”.
Saya: “Lah itu tahu”.
Penanya: “Eh, tapi kalau pinjam bank, income yang kita dapat kan gak pasti, tapi angsurannya pasti loh pak”.
Saya: “Iya, Income tidak pasti. Kadang lebih rendah, tapi kadang lebih tinggi. Ya kalau pas lebih tinggi ya disimpan, jangan dihabiskan. Uangnya kan bisa untuk subsidi waktu income-nya lebih rendah dari angsuran toh”.
Penanya: “Kalau income-nya lebih rendah terus bagaimana pak?”.
Saya: “Lah ngapain ambil kredit untuk beli investasi yang income lebih rendah dari angsuran”.
Penanya: “Kecelakaan toh pak”.
Saya: “Kecelakaan itu kemungkinannya hanya 5%. Di atas 5% bukan kecelakaan, tapi memang salah hitung, tidak teliti, tidak cek dulu”.
Penanya: “Terus gimana pak? kalau saya masuk yang 5% itu?”.
Saya: “5% itu kan kemungkinan kecil sekali. Itu 1x coba langsung kena kecelakaan, mungkin setelah ke 5x atau lebih baru kecelakaan”.
Penanya: “Kalau 5% itu kena di pertama kali, bagaimana pak?”.
Saya: “Ya berarti 19x berikutnya kemungkinan kecil kena kecelakaan”.
Penanya: “Kalau kecelakaan kena di investasi pertama terus selamanya tidak bisa menyelesaikan, bagaimana pak?”.
Saya: “Ya, coba yang kecil-kecil dulu. Supaya kalau kena 5% di percobaan pertama, gak langsung tewas, tapi masih bisa mencoba lagi”.
Penanya: “Kalau pertama kena, kedua kena, ketiga kena bagaimana?”.
Saya: “Berendam di tempuran Kali Progo aja. Jangan lupa pakai pelampung, biar tidak hanyut”.
Teman-teman, resiko itu pasti ada. Tidak ada investasi yang bebas resiko. Toko Indomaret saya aja ada 1 dari sekian yang rugi terus. Tapi saya no problem karena toko yang rugi tidak sampai 5% dari toko saya. Secara rata-rata semua toko, profit masih sesuai harapan saya.
Resiko lain? Covid. Siapa yang bisa menebak 2020 separah ini ekonominya.
Terus angsurannya bagaimana pak? Tenang, sudah ada yang mikirin. Itu buktinya dikasih relaksasi kredit. Selama problem-nya ramai-ramai, itu tidak masalah, banyak teman-nya. Benar-benar problem kalau kita sendirian yang merasakan.
Pasti ada yang berpendapat seperti ini,
“Gak deh pak. Saya gak mau kredit. Saya mau ngumpulin uang dulu sampai terpenuhi baru beli properti passive income”.
Mengumpulkan uang dulu, baru beli cash itu tidak salah. Tapi hati-hati balapan dengan inflasi. Seperti properti yang saya beli di tahun 2008, sekarang harganya sudah 5.8M. Properti yang saya beli di tahun 2010 seharga 1.3M, sekarang harganya 5.5M. Jangan sampai kita mengumpulkan 900 juta, begitu terkumpul uang 900 juta, harga propertinya sudah menjadi 5.8M.
Mending beli properti waktu harga 900jt, pakai income dari properti tersebut untuk membayar angsuran. Nanti waktu harga properti tersebut sudah 5.8M, kita masih membayar angsuran dengan angsuran senilai 900 juta dulu (bahkan mungkin sudah berkurang, dengan berjalannya waktu).
Inti dari artikel sepanjang ini hanya satu. Kalau tidak punya modal, bukan berarti kiamat. Kita harus lebih cerdik mencari pembiayaan serta harus lebih gigih berusaha dan berpikir.
BACA JUGA: Dasar-dasar Investasi
Selamat berinvestasi.
Salam passive income property,
PIPO Hargiyanto