Kenapa Pewaralaba Me-waralaba-kan Bisnisnya?

Pertanyaan ini sering ditanyakan ke saya yang investasi waralaba Minimarket

“kalau Indomaret untung, kenapa dia mewaralaba ya Pak? kan profitnya jadi dibagi ke Franchisee juga?” 

Sebelum saya menjawab pertanyaan di atas, bagi teman-teman yang baru pertama kali berkunjung di website ini, perkenalkan nama saya Pipo Hargiyanto. Saya pemilik 30 minimarket waralaba beserta propertinya yang tersebar dari Sumatera, Jawa, hingga Sulawesi, dan 3 hotel ultra budget 82 kamar. Di website ini saya akan membagikan pengalaman saya berinvestasi properti passive income sejak 2008 hingga saat ini. 

Kembali ke pertanyaan tadi.

“kalau Indomaret untung, kenapa dia mewaralaba ya Pak? kan profitnya jadi dibagi ke Franchisee juga?” 

Secara refleks, saya biasanya akan jawab,

“Emang kalau rugi, Franchisee ada yang mau join?”

Untuk menjawab pertanyaan tersebut secara detail, saya akan ceritakan pengalaman saya beberapa bulan lalu. Sebelum pandemi Covid-19 ini, saya bertemu dengan salah satu konglomerat. Beliau punya pabrik di Jakarta Utara yang merupakan salah satu pabrik terbesar di Indonesia untuk produk tersebut. Kami bertemu di pabriknya dan saya ditraktir makan siang olehnya.

Setelah jalan-jalan dan melihat-lihat pabriknya yang besar, rapi, modern, dan sudah ISO tersebut, kami makan siang bersama. Saat makan siang, beliau bercerita bahwa beliau tertarik untuk merubah toko-toko franchise rekanan/distributor pabrik-nya dari yang awalnya beroperasi sendiri-sendiri, menjadi sentralisasi seperti Indomaret. 

“Loh, kan enak sendiri-sendiri Pak. Bapak tidak pusing memikirkan operasional toko-toko franchise tersebut. Kalau disentralisasi seperti Indomaret, maka franchisee menjadi autopilot, mereka nganggur, bapak jadi pusing dan banyak kerjaan loh” kata saya. 

Mungkin sekarang teman-teman bingung, baiklah, saya ceritakan dulu ya…..

Baca Juga  Investasi Franchise Indomaret Biasa Atau Indomaret Point, Mana Lebih Untung?

Dulu awal-awal pabrik beliau mulai produksi, beliau dan tim sales-nya keliling Indonesia ke kota-kota di seluruh Indonesia untuk menjual produk tersebut ke toko-toko peralatan rumah tangga dengan harapan toko-toko tersebut bisa membantu menjual produk-nya ke end-customer. 

Lama-lama setelah berkembang, masuk competitor produk sejenis. Sehingga toko-toko rekanannya menjual berbagai merk dengan produk yang sama. Persaingan menjadi sangat ketat, terjadi banting-bantingan harga, diadu domba oleh toko-toko rekanan, dan pembayaran toko-toko rekanan tersebut jadi macet.

Nah, untuk menghindari persaingan tidak sehat tadi, beliau memutuskan untuk tidak melanjutkan supply ke toko-toko rekanan tadi dan membuka toko dengan merk sendiri di seluruh kota di Indonesia. Beliau melakukan ini supaya harga dan margin bisa terjaga. Uang customer tidak dibelokkan dulu oleh toko dan untuk membangun merk juga. 

Toko dengan merk sendiri ini diharapkan hanya menjual produk-produk dengan merk sendiri. Melayani end-customer baik retail maupun perusahaan dan bisa keluar dari persaingan ketat dengan toko-toko merk lokal. Tapi Beliau bingung, siapa yang mengoperasikan toko-toko tersebut, sementara beliau dan tim tidak berpengalaman mengoperasikan toko seperti itu. 

Akhirnya Beliau memutuskan menitipkan operasional toko tersebut ke toko-toko rekanan yang sudah berpengalaman mengoperasikan toko sejenis. Tapi merk harus tetap memakai merk dari pusat, hanya menjual produk-produk merk dari pusat, dan wajib mengikuti standar kualitas dari pusat, serta ada standar harga. Sekarang toko-toko ini sudah ada ratusan yang tersebar di seluruh Indonesia. Saya juga sering melihat toko-toko tersebut di Jakarta dan di Jogja. 

Baca Juga  Omzet Turun Tapi Duit Jadi Banyak. Omzet Turun, Tapi Kas Perusahaan Naik, Kok Bisa?

Apakah dengan begitu masalahnya selesai? Belum.

Saat ini masalahnya adalah ada toko-toko merk beliau yang malah dipakai operatornya, yang notabene punya toko sejenis untuk menjual merk-merk lain. Dan membelokkan customer yang datang ke toko merk tersebut ke produk-produk lain. Tidak merekrut karyawan sesuai kualifikasi yang ditetapkan dan disepakati, memberikan diskon yang berlebih, sehingga terjadi perang harga antar toko sendiri. Bahkan membelokkan uang customer untuk dipakai membiayai hal lain. Tentu ini tidak semua toko, ada juga toko franchisee yang patuh. Tapi toko-toko yang tidak patuh tersebut sudah membuat beliau pusing. Masalahnya jadi balik lagi seperti dulu sebelum ada toko franchisee ini. 

Karena masalah-masalah tersebut, beliau berfikir untuk mengambil alih kembali operasional toko-toko franchisee ini dengan standar sistem operasional dari pusat. Bahkan operasional sehari-hari juga dikendalikan oleh pusat. Pemilik toko cukup autopilot saja daripada membuat rumit operasional.  Persis Indomaret sekarang. 

Melalui pembicaraan tersebut, saya jadi paham, kenapa Indomaret sejak awal memutuskan untuk “mengambil-alih” sebagian besar operasional dari franchisee. Sehingga Franchisee cukup sebagai pengawas toko, bukan operator toko. Kalau di struktur perusahaan, Franchisee itu mirip komisaris, bukan direktur yang bisa asal rubah standar dan operasional toko seenaknya. 

Baca Juga  3+ Daftar Produk Properti dan Contohnya (Lengkap!)

Dulu saya juga berpikir kalau Indomaret itu aneh, kenapa dia harus buka waralaba. Kenapa Indomaret mau repot mengambil alih sebagian besar pekerjaan franchisee, malah bikin dirinya repot. Kenapa operasional tidak diserahkan saja ke franchisee, biar franchisee yang repot. 

Dari keluh kesah dan pemikiran beliau tersebut, saya jadi paham kenapa ada bisnis waralaba. Jika franchisee yang mengoperasikan, walaupun sudah dibekali dengan standar operasi yang jelas, rambu-rambu yang jelas, tapi operasional sebagian besar di tangan franchisee, maka membuka peluang terjadinya perbedaan-perbedaan, baik produk, harga, maupun service antar toko. Serta memungkinkan terjadinya penyelewengan standar operasional. Maka franchisor, principal memilih untuk mengambil alih sebagian besar operasional untuk memastikan standar antar toko dan menjaga merk. 

BACA JUGA Memiliki Passive Income Melalui Minimarket Waralaba 

Selain dari sisi tersebut, pasti Indomaret juga mempunyai banyak pertimbangan-pertimbangan yang tidak terfikirkan oleh kita, betul? 

 

Bagaimana dengan teman-teman, menurut teman-teman, apa motivasi Indomaret me-waralaba-kan toko-tokonya dan rela berbagi profit dengan franchisee? padahal operasional Sebagian besar diurusi Indomaret juga? 

Demikian sharing pengalaman dari saya. Untuk informasi workshop dan cara bergabung ke dalam komunitas PIPO, yaitu komunitas orang-orang yang hobi ataupun ingin berinvestasi di properti yang menghasilkan passive income, bisa mengunjungi website ini https://www.bukupipo.com/lpwspipo/

 

Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat.

 

Salam passive income property,

 

PIPO Hargiyanto

 

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Newsletter Form

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: