Malam ini saya coba mengutak-atik excel. Saya ingin tahu, bagaimana karyawan dengan gaji UMR bisa mencapai aset triliun rupiah. Tentunya dengan cara yang halal, legal, bukan korupsi atau kriminal. Tentu ini membutuhkan waktu, disiplin, dan kemauan belajar hal baru. Tapi saya yakin, semua karyawan mau memiliki aset triliunan walaupun untuk mencapainya butuh waktu.
Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Selama kita mengatakan ada jalan, maka otak kita akan mencari jalan untuk mencapainya.
Saya coba mengutak – atik excel di notebook, apa jadinya jika seorang:
- Berpendapatan UMR di DKI (3,1 juta). THR, BPJS Tenaga Kerja, bonus, insentif, lembur, tidak usah dihitung dulu.
- Menyisihkan 10% pendapatannya tersebut. Jangan bilang income kecil, makan saja tidak cukup, apalagi nabung. Tahun 2012/ 4 tahun lalu, income UMR DKI sebesar 1,5 juta, tetap bisa hidup kan?
- Setiap tahun meningkatkan porsi tabungan 1%. Misal 2016 nabung 10% dari income. 2017 menjadi 11%, 2018 menjadi 12% dan seterusnya.
- Gaji naik 5% setiap tahun (biasanya lebih kan, 2015 ke 2016 saja, UMR Jakarta naik dari 2,7 juta ke 3,1 juta alias 15%- an)
- Berinvestasi di instrumen yang menghasilkan return 0 – 24% per tahun .
Maka:
- Bila sesuai dengan kondisi di atas, berinvestasi di investasi biasa (deposito sekitar 6% per tahun), maka dalam 45 tahun, akan mempunyai kekayaan Rp. 5.719.835.022,-, besar?
- Apalagi bila investasi yang lebih canggih sedikit. Tapi tetap investasi aman ya, investasi yang baik adalah investasi yang memastikan pokok investasi balik. Profit tinggi bukan prioritas, dibanding keamanan investasi. Mendapat 12% per tahun, maka dalam 45 tahun, kekayaannya akan mencapai Rp. 22.949.558.274,-, besar sekali?
- Apalagi kalau dengan berjalannya waktu, karyawan tersebut belajar berinvestasi yang aman dan mendapat return 24% per tahun, maka doi akan mengumpulkan kekayaan hingga Rp. 1.242.352.404.355,- waoooo… triliuner. Mantap, bosnya bisa kalah kali ya… hahaha.
- Apalagi kalau doi mengerahkan seluruh tambahan income ke investasinya, seperti THR, BPJS tenaga kerja (d/h Jamsostek), insentif, bonus, lembur, pasti angkanya akan lebih besar lagi.
Mungkin akan banyak pertanyaan berikut:
Apakah cukup menyisihkan 10% dari income, sekarang saja masih sering kurang?
Semua kembali ke gaya hidup. Ada karyawan gaji UMR yang bisa nabung. Ada pula direktur gaji 100 juta ke atas, hutang kartu kredit tidak lunas-lunas. Saya dulu baru lulus kerja di perusahaan nasional, makan warteg biasa, naik angkot biasa. Begitu kerja di perusahaan IT multinasional, makan minimal food court di Mall, makan di warteg gengsi, naik angkot alergi hehehe.
Teman-teman coba baca buku “The Millionaire Next Door”. Orang kaya cenderung tidak ingin terlihat kaya dengan memakai barang-barang yang tidak sesuai kebutuhan. Orang miskin malah ingin terlihat kaya dengan meningkatkan gaya hidup.
Daerah selain Jakarta, dengan gaji yang kurang dari 3,1 juta bagaimana dong?
Hidup itu penuh pilihan. Mau pindah ke Jakarta atau tetap di luar Jakarta tetap bisa. Biaya hidup di luar Jakarta kan lebih murah. Jadi tingkatkan persentase dari gaji untuk tabungan, mungkin bisa dimulai dari 15%, bukan 10% dari total income. Intinya, nasib kita di tangan kita, bukan di tangan UMR kita. Kita yang menentukan nasib kita.
Kalau gaji sekarang sudah lebih dari 3,1 juta, bagaimana?
Bagus, Anda akan lebih cepat mencapai tujuan finansial Anda daripada teman-teman yang mulai dari UMR. Tetap harus nabung minimal 10%, kalau bisa lebih.
Kalau sekarang umur sudah 30 tahun, sehingga pensiun sekitar 35 tahun lagi, bukan 45 tahun lagi, bagaimana dong?
Mestinya gaji Anda sudah bukan UMR atau tingkatkan persentase gaji yang ditabung. Kan masih ada THR, BPJS TK, bonus-bonus, insentif-insentif, lembur yang bisa dijadikan tabungan juga. Umur 30 tahun, minimal sudah kerja 5 tahun lebih. Biasanya gaji sudah lebih tinggi dari karyawan yang baru masuk dan sudah punya tabungan lebih banyak ya… aamiin….
Investasi apa kok bisa menghasilkan return setinggi itu? Tabungan di bank Cuma 0 – 1 % per tahun (cek lagi, tabungan kita berapa bunganya, tanya ke bank, hehehe)
Walaupun investasi favorit saya adalah waralaba Indomaret, tapi saya yakin, masing-masing investor mempunyai seleranya sendiri-sendiri. Teman-teman bisa memilih Indomaret juga seperti saya. Atau bisa juga dengan kos-kosan, rumah kontrakan, reksadana, deposito atau apapun. Yang penting pastikan keamanannya dan jangan terjebak money game yang menjanjikan lebih dari 3% per bulan. Baca artikel saya sebelumnya tentang dasar – dasar investasi.
Saya takut kalau saya sudah kaya, saya jadi orang yang jahat….
Supaya tidak jahat, kasih saja semua uangnya ke saya. Saya dengan senang hati akan menerima.. hehehe. Duit tidak membuat orang jahat. Orang yang kurang uang dan cari uang dengan cara illegal yang jahat.
Saran saya untuk teman-teman yang berprofesi sebagai karyawan:
- Menabunglah minimal 10% dari income, berapapun income Anda. Cara menabung adalah menabung di depan, bukan di belakang. Maksudnya berapapun yang diterima di tanggal gajian, langsung ditabung 10% (atau lebih). Jangan nunggu dipakai dulu, mau gajian lagi, sisa berapa baru ditabung, pasti gak akan sisa, habis di tengah jalan.
- Fokus pada pekerjaan, asah terus kompetensi Anda. Jadilah yang terbaik, gaji akan mengikuti.
- Jangan dobel kerjaan ataupun nyambi bisnis. Ini bisa membuat Anda tidak konsen dalam bekerja dan bisa berakibat buruk ke karir Anda. Fokus!
- Pelajari investasi-investasi yang ada, hindari money game (skema ponzi), pilih investasi yang aman.
- Disiplin dalam menabung dan investasi.
Menunda menikmati hasil adalah kunci orang sukses. Gaji tidak dihabiskan, tapi ditabung. Uang belum cukup, malah ngutang untuk foya-foya, bubar semuanya.
Selamat berinvestasi.
BACA JUGA: Cara membangun Passive Income Dari Nol
Bonus:
The Power of Flower (kekuatan Bunga)
Menabung seperti ilustrasi di atas, dalam 45 tahun Anda sebenarnya sudah menabung (tanpa dihitung bunga / return investasi) senilai Rp. 2.354.687.571,-
- Bila kita bisa menginvestasikan uang tersebut ke instrumen yang menghasilkan return 6% per tahun, maka uang menjadi Rp. 5.719.835.022,-
- Bila kita bisa menginvestasikan uang tersebut ke instrumen yang menghasilkan return 9% per tahun, maka uang menjadi Rp. 10.718.093.120,-
- Bila kita bisa menginvestasikan uang tersebut ke instrumen yang menghasilkan return 12% per tahun, maka uang menjadi Rp. 22.949.558.274,-
- Bila kita bisa menginvestasikan uang tersebut ke instrumen yang menghasilkan return 15% per tahun, maka uang menjadi Rp. 55.348.552.726,-
Ini yang disebut the power of flower, kekuatan bunga atau kekuatan return investasi.
Salam passive income property,
PIPO Hargiyanto