Alasan Bekerja yang Paling Utama

Tahun 2004, ketika saya menjadi sales kipas angin, bagi saya itu adalah pengalaman yang sangat berharga sepanjang karir saya. Ini adalah titik dimana saya akhirnya tahu apa yang menjadi alasan utama saya berjuang dalam bekerja. 

Tahun 2003 – 2008 merupakan saat terendah dalam hidup saya. Dimulai dari 2002 akhir, saya mengundurkan diri sebagai manager penjualan di perusahaan IT multinasional dan memutuskan menjadi pengusaha. Semua kesempatan sudah saya coba. Mulai dari berjualan diapers, baju bayi, kasur bayi, baterai, pengering popok bayi, dan banyak lagi. Tapi semua pekerjaan penjualan, dikerjakan dengan merekrut sales – sales berpengalaman, saya tinggal menunggu di kantor. Ternyata cara ini kurang efektif. Dan saya merasa seharusnya bisa lebih baik. 

Akhirnya saya memutuskan menjadi sales kipas angin ke toko elektronik yang berlokasi di Bogor. Dari Jakarta, saya sudah mengisi penuh mobil kijang saya dengan kipas angin supaya tidak ada yang terlewat kalau ada yang mau beli tipe lain. Kemudian kipas angin tersebut saya tutupin dengan kain hitam supaya tidak terlihat dari luar oleh polisi, saya pun berangkat ke Bogor.

Baca Juga  Menunda Kesenangan Adalah Kunci Sukses

Di Jalan Surya Kencana, saya parkirkan mobil. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan sales toko ke toko untuk produk yang bahkan saya tidak mengerti market dan tipenya. Selama 10 menit, saya ragu-ragu dan berfikir. Rasanya mending saya balik lagi ke Jakarta dan tidak melakukan pekerjaan yang tidak enak ini. Saya membayangkan perasaan akan ditolak dari toko ke toko, dicuekin oleh pemilik toko. Saya juga berpikir, jangan-jangan semua toko sudah punya supplier untuk kipas angin ini karena merknya memang sudah terkenal. Kemungkinan saya berhasil kecil sekali. Apalagi untung kipas angin ini kecil sekali, hanya 5 – 10 ribu per unit. Apa tidak ada cara lain untuk kaya….

Baca Juga  Pekerjaan Atau Keluarga, Mana yang Lebih Penting? 

Banyak alasan berkecamuk di pikiran saya. Saat mobil sudah terparkir di Jalan Surya Kencana, sesaat ingin rasanya saya kembali lagi ke Jakarta. Membatalkan rencana kanvasing kipas angin ke toko-toko elektronik di Bogor. Tiba – tiba, saya memutuskan untuk segera turun dari mobil dan mulai kanvasing dari toko ke toko.

Apa yang membuat saya memutuskan untuk segera turun dari mobil dan berani menghadapi perasaan malu yang menghantui pikiran saya serta ketakutan-ketakutan lain yang saya fikirkan?

Saat itu, saya sedang tergila – gila dengan si cantik karyawan bank swasta. Tiba – tiba saya berpikir, kalau pekerjaan seperti ini tidak berani saya hadapi, bagaimana saya bisa menjadi suami (padahal waktu itu masih ditolak-tolak sama si cantik hehehe) dan menghidupi keluarga saya (kalau diterima oleh beliau) di kemudian hari. 

Saya segera turun dari mobil dan segera berjalan ke toko-toko elektronik yang ada di sana. Toko pertama menolak, karena sudah punya supplier. Toko kedua, sibuk sekali, sehingga saya harus nunggu lama dan akhirnya ditolak juga. Barulah di toko kelima barang diterima, itupun Cuma konsinyasi… hikkkssss…

Baca Juga  12 Ciri-Ciri Tempat Usaha yang Strategis Ramai Pelanggan!

BACA JUGA: Membangun Passive Income Dari Nol, Mulai Dari Mana?

 

Pengalaman saya di bogor ini menjadi kenangan manis untuk saya, bahwa alasan  KITA BEKERJA untuk ORANG – ORANG yang KITA CINTAI. Ketika kita tahu bahwa kita bekerja untuk orang – orang yang kita cintai, kita akan selalu berusaha yang terbaik… 

 Hidup orang – orang yang kita cintai…. Muah… muah…  

 

Salam passive income property,

 

PIPO Hargiyanto

 

Share artikel ini apabila bermanfaat

Ingin dapat update terbaru dari saya? Masukan email Anda, saya akan update informasi terbaru ke email Anda secara berkala

Newsletter Form

Dapatkan Buku Properti Ko. Mo. Do.!

Anda bisa dapatkan di: