Pengertian dari risiko adalah sebuah kenyataan yang tak sesuai dengan keinginan atau yang diharapkan. Sedangkan risiko investasi merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dalam bidang investasi. Misalnya mengalami kerugian atau prosesnya yang rumit.
Namun jenis investasi apapun sebenarnya selalu memiliki risikonya masing-masing. Perbedaannya adalah apakah tingkat risikonya rendah atau tinggi. Investasi dengan risiko adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Jadi keduanya pasti akan saling berkaitan.
Daftar Isi
Apa Itu Risiko Investasi
Pengertian risiko investasi adalah tingkat potensi dalam hal kerugian dalam investasi, yang muncul karena adanya hasil investasi yang tak sesuai dengan target atau harapan dari profitnya. Setiap investor harus sadar bahwa investasi tidak hanya memberikan keuntungan saja tapi juga kerugian.
Dalam bidang investasi jenis apapun akan selalu ada risiko dan keuntungan atau imbal dari hasil investasi itu sendiri. Tingkat keuntungan yang semakin tinggi maka tingkat risikonya juga akan sebanding.
Begitu pun sebaliknya, tingkat keuntungan yang rendah sebanding dengan tingkat risikonya yang juga rendah. Jadi setiap jenis investasi apa saja misalnya investasi saham, pasar modal, properti, emas, memiliki risikonya masing-masing.
Jenis-Jenis Risiko Investasi
Dalam dunia investasi ada sekitar 7 jenis risiko yang harus dihadapi oleh para investor, yang diantaranya yaitu:
1. Suku Bunga
Risiko pertama yang akan ada di investasi adalah risiko suku bunga. Risiko yang satu ini merupakan jenis risiko yang akan muncul dan disebabkan oleh nilai relatif dari sebuah aktiva yang berbunga.
Misalnya seperti obligasi atau pinjaman yang akan memburuk, karena adanya kenaikan pada tingkat suku bunga. Definisi lain dari risiko ini adalah jenis risiko yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam bentuk suku bunga di pasaran.
Maka hal itu akan memengaruhi pendapatan dari investasi itu sendiri. Pada umumnya apabila suku bunganya meningkat maka harga obligasi yang berbunganya tetap mengalami penurunan.
Risiko suku bunga ini secara umum akan diukur dengan jangka waktu dari obligasi. Contohnya suku bunga obligasi yang umum adalah sekitar 8-10%.
Namun karena adanya produk dari pemerintah yaitu sukuk ritel dengan suku bunga 12% maka mau tidak mau orang-orang akan memilih sukuk ritel tersebut.
Baca Juga : 11 Manfaat Investasi Sejak Dini Untuk Masa Depan
2. Pasar
Risiko pasar merupakan jenis risiko fluktuasi atau naik dan turunnya suatu aktiva bersih, yang berasal dari perubahan sentimen di pasar keuangan. Contohnya yaitu obligasi atau saham yang juga disebut dengan jenis risiko sistematik.
Artinya jenis risiko ini akan selalu ada, tak dapat dihindari, dan selalu dialami oleh para investor. Hal tersebut juga bisa membuat para investor mengalami capital loss.
Perubahan yang terjadi biasanya disebabkan oleh resesi isu, ekonomi, kerusuhan, spekulasi, dan adanya perubahan dalam bidang politik. Misalnya saja mengenai isu kesehatan seorang kepala negara, yang membuat fluktuasi pada nilai rupiah ke dollar menjadi naik.
Namun jika hal ini terjadi maka tidak usah terburu-buru panik. Anda bisa langsung mencairkan dana investasi pada saat terjadi fluktuasi di pasar. Peningkatan ataupun penurunan pada aset sebenarnya tidak akan terjadi berulang atau dengan terus menerus.
Baca Juga : Investor Adalah : Pengertian, Jenis dan Cara Menjadi Investor
3. Inflasi
Risiko investasi dalam hal inflasi disebut juga dengan risiko daya beli. Risiko ini merupakan peluang pada arus kas yang berasal dari investasi nilainya tidak banyak seperti di masa depan, karena adanya perubahan pada daya beli inflasi itu sendiri.
Risiko ini berpotensi untuk merugikan daya beli yang dimiliki masyarakat pada investasi. Adanya kenaikan rata-rata untuk harga konsumsi menjadi penyebab dari risiko tersebut.
Risiko inflasi juga merupakan jenis risiko yang akan diambil oleh investor, pada saat mereka memegang uang secara tunai. Bisa juga ketika mereka berinvestasi dalam bentuk aset yang tak ada hubungannya dengan inflasi.
Misalnya begini, pada saat seorang investor memiliki 40% bagian dari portofolio secara tunai yaitu sekitar Rp.10 juta, dengan inflasi kira-kira 5% saja, maka nilai tunai dari portofolio investasi tersebut akan hilang sebanyak Rp.2 juta setiap tahunnya.
Rangkuman perhitungannya begini, Rp10 juta x 0,4 x 0,05. Penyebabnya tentu saja karena ada inflasi.
4. Likuiditas
Risiko likuiditas merupakan jenis risiko investasi yang muncul karena sulitnya menyediakan uang tunai di jangka waktu tertentu. Contohnya saat seseorang tak bisa membayar kewajiban secara tunai yang sudah jatuh tempo.
Walaupun orang tersebut sudah memiliki aset dengan nilai yang cukup untuk membayar kewajibannya, tetapi jika asetnya tidak dapat dikonversi ke uang tunai maka asetnya disebut dengan tidak likuid.
Hal itu bisa saja terjadi apabila orang yang berhutang tidak bisa menjual harta yang dimilikinya. Selain itu, tak ada pihak lain yang membelinya di pasar. Namun hal itu tidak sama dengan harga aktiva yang menurun secara drastis.
Dalam hal penurunan harga, pasar memiliki pendapat bahwa aktiva tersebut tidak memiliki nilai. Tak ada pihak yang mau membeli atau menukarkan aktivanya mungkin disebabkan oleh sulitnya kedua pihak untuk bertemu.
Maka risiko ini kemungkinan akan terjadi di pasar-pasar yang volumenya kecil atau memang baru tumbuh. Risiko ini juga berhubungan dengan kecepatan sekuritas yang sudah diterbitkan pihak perusahaan, dan bisa diperdagangkan dalam pasar sekunder.
Baca Juga : Jenis Jenis Properti yang Menguntungkan Untuk Investasi Jangka Panjang
Subscribe Sekarang
Dapatkan beragam artikel tutorial, insight, tips menarik seputar bisnis dan investasi langsung melalui email Anda. Subscribe sekarang dan raih kesuksesan bersama kami!
5. Valas atau Nilai Tukar Uang
Risiko dalam investasi yang satu ini merupakan jenis risiko yang disebabkan oleh adanya perubahan kurs, pada valuta asing yang sudah tak sesuai lagi dengan apa yang diharapkan. Khususnya ketika dikonversi menjadi mata uang domestik.
Risiko ini akan berhubungan dengan fluktuasi pada nilai tukar rupiah pada nilai mata uang di negara yang lainnya. Secara umum risiko ini dinamakan dengan exchange rate risk atau currency risk.
Misalnya seorang investor ingin menanam investasi yang mengharuskan investor tersebut menggunakan mata uang berupa dollar. Pada saat yang sama kurs dari rupiah pada dollar pun melemah.
Maka investor harus mengeluarkan lagi uang berupa rupiah yang jumlahnya sangat banyak. Bahkan lebih banyak dari saat rupiah sedang menguat. Maka dari itu kekuatan dollar pada rupiah dapat menimbulkan kerugian.
6. Negara
Risiko ini berhubungan erat dengan situasi politik di suatu negara. Berdasarkan kondisi perpolitikan di negara itu sendiri. Dalam risiko investasi negara juga masih ada hubungannya dengan perubahan ketentuan dalam UU yang menurunkan pendapatan.
Bukan tidak mungkin juga investasi yang telah ditanam akhirnya membuat rugi dan menghilang. Maka apabila seorang investor ingin menanamkan modal di luar lebih baik lihat kondisi negaranya terlebih dulu.
Apabila kondisi politiknya baik-baik saja maka hal itu akan memberi dampak positif di dunia investasi.
Baca Juga : 4 Tips Jitu Bisnis Properti Kekinian Dan Menguntungkan Bagi Pemula
7. Reinvestment
Risiko yang satu ini terjadi ketika penghasilan pada aset keuangan, yang membuat perusahaan harus melakukan aktivitas yaitu reinvest.
Pada saat akan melakukan reinvest tersebut perusahaan harus benar-benar memahaminya. Terutama dalam hal cara mengelola/mengatur risiko dalam investasi tersebut.
Sejumlah risiko investasi yang sudah dijelaskan di atas, akan menjadi panduan yang tepat ketika seseorang menjalankan sebuah investasi. Jika ingin mendapat pembelajaran investasi lainnya, kunjungi web pipohargiyanto.com sekarang juga.